LHOKSEUMAWE - Suami pahlawan nasional Cut Mutia,
Teuku Chik Di Tunong yang turut berperang melawan Belanda, ditangkap hingga
akhirnya dihukum tembak dengan cara diikat pada tiang di dekat pantai
Lhokseumawe pada 25 Maret 1905 silam. Masih adakah tiang yang menjadi saksi
bisu eksekusi mati oleh pasukan Marsose terhadap Teuku Chik Di Tunong itu?
Hasil penelusuran The Atjeh Post, Sabtu, 28 Juli
2012, diketahui lokasi eksekusi mati yang dilakukan serdadu Belanda terhadap
Teuku Chik Di Tunong (Teuku Cut Muhammad) dan rekannya Teuku Chik Di Buah
(Teuku Mohd Daud) berada di Kampung Jawa Lama, Banda Sakti, Lhokseumawe.
Di lokasi yang berjarak sekitar 50-70 meter
dengan pantai itu, ada satu tiang besi sebesar betis orang dewasa. Tetapi tiang
besi itu hanya tersisa setinggi lutut anak usia sekolah dasar. Pangkal tiang
besi tersebut tertancap persis di sebuah lorong di tengah pemukiman penduduk
yang amat padat.
“Tiang ini sudah lama dipotong, tidak jelas siapa
yang memotongnya. Saat saya masih bocah, tiang ini sudah sependek ini. Padahal
menurut ibu saya, dulu tiang ini tingginya lebih 2 meter dan berbentuk seperti
tiang gantungan,” kata T.M. Rizal, 40 tahun, warga Kampung Jawa Lama.
Sesuai cerita yang diperoleh T.M.Rizal semasa
orangtuanya masih hidup, pada tiang besi itulah Teuku Chik Di Tunong dan Teuku
Di Buah diikat dan ditembak mati oleh penjajah Belanda.
“Pahlawan bangsa itu ditembak dari jarak sekitar
50 meter. Itu ada beton yang kabarnya tempat pasukan Belanda berdiri saat
menembak Teuku Chik Di Tunong,” kata T.M. Rizal yang rumahnya berada di dekat
tiang besi itu.
T.M.Rizal menyayangkan ketidakpedulian pemerintah
terhadap situs sejarah perjuangan kemerdekaan. “Mestinya dari dulu tiang besi
ini (tempat Teuku Chik Di Tunong dieksekusi mati) dipugar dan dibuat semacam
tugu agar bukti sejarah tidak lenyap begitu saja,” katanya.
“Kalau pemerintah sekarang juga bersikap
mengabaikan, kita khawatirkan nanti tiang besi yang tinggal pangkalnya ini akan
hilang total. Bisa saja karena tertimbun material peningkatan badan jalan atau
dipotong habis oleh orang-orang yang tidak tahu tentang sejarah,” kata T.M.
Rizal lagi.
Harapan agar pemerintah menyelamatkan situs
sejarah itu juga disampaikan sejumlah warga lainnya yang menetap di sekitar
tiang besi tersebut.
“Kalau tidak dipugar, nanti saat anak-anak kami
dewasa, dia nggak tahu bahwa sebelum negara ini merdeka di sinilah pahlawan
Teuku Chik Di Tunong dihukum mati oleh Belanda,” kata seorang perempuan yang
rumahnya berjarak beberapa meter dari lokasi itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar