SANA'A-shoutussalam.com -
Keluarga Bakri al-Malhani adalah salah satu keluarga paling miskin di Ibu Kota
Yaman, Sana'a, dan mereka percaya berpuasa adalah usaha terakhir mereka di
tengah kemiskinan parah yang melanda sebanyak separuh warga di negeri itu.
"Kami tak memiliki apa-apa selama Ramadhan. Kami dan anak kami akan tidur sepanjang hari dan berharap kami dapat memperoleh makan satu kali pada akhirnya," kata ayah Bakri al-Malhani.
Al-Malhani menderita sakit jantung, yang memaksa keluarganya bergantung pada empat anak lelakinya, yang tertua berusia 13 tahun, untuk bekerja dan memperoleh upah dua dolar atau maksimum tiga dolar per hari.
"Empat anak lelaki saya mengumpulkan botol air bekas di permukiman dan menjualnya dengan harga 500 riyal Yaman, sekitar dua dolar, per hari," kata al-Malhani.
"Kami tak memiliki apa-apa selama Ramadhan. Kami dan anak kami akan tidur sepanjang hari dan berharap kami dapat memperoleh makan satu kali pada akhirnya," kata ayah Bakri al-Malhani.
Al-Malhani menderita sakit jantung, yang memaksa keluarganya bergantung pada empat anak lelakinya, yang tertua berusia 13 tahun, untuk bekerja dan memperoleh upah dua dolar atau maksimum tiga dolar per hari.
"Empat anak lelaki saya mengumpulkan botol air bekas di permukiman dan menjualnya dengan harga 500 riyal Yaman, sekitar dua dolar, per hari," kata al-Malhani.
"Apa yang diperoleh anak-anak tak bisa
membantu membeli roti. Jujur saja, kami, para orang tua, lebih banyak berpuasa
sepanjang tahun agar anak kami setidaknya memperoleh makanan sekalipun cuma
sedikit."
Keluarga al-Malhani tinggal di apartemen dua-kamar di Kabupaten Shamlan, sebelah barat-laut Sana'a, dengan peralatan hanya satu televisi dan dua kasur buat orang tua dan lima anak mereka, termasuk satu bayi perempuan.
Mereka menyewa apartemen tersebut dengan harga 10.000 riyal Yaman (47 dolar) per bulan. Keluarga itu termasuk di antara ratusan ribu rumah tangga paling miskin di negeri tersebut, yang belum menerima bantuan keamanan sosial untuk waktu cukup lama.
Mansour al-Fayadhi, Direktur Pelaksana Dana Kesejahteraan Sosial, mengatakan ratusan ribu keluarga paling miskin telah kehilangan bantuan keamanan sosial mereka, sebagian selama empat bulan dan yang lain sudah lebih dari setahun. "Kekurangan dana! Itu lah penyebabnya," kata al-Fayadhi sebagaimana dikutip Reuters.
Selain itu, salah satu masalah yang mempengaruhi orang paling miskin di negeri tersebut adalah bantuan luar negeri buat Yaman tak dibagikan sesuai dengan mekanisme yang layak, al-Fayadhi menambahkan.
PBB telah memperingatkan sebanyak 45 persen warga, 10 juta orang, menderita kerawanan pangan dan kekurangan gizi mempengaruhi sebanyak satu juta anak yang berusia di bawah lima tahun di Yaman.
Program transnasional bagi pembangunan dan kestabilan 2012-2014, yang disiapkan oleh pemerintah Yaman melalui kerja sama dengan lembaga dan negara donor utama, menyatakan ekonomi Yaman diperkirakan takkan tumbuh tahun ini.
Marzouk Mohsen, Direktur Pusat Penelitian Pembangunan Sosial dan Ekonomi Yaman, mengatakan Yaman telah terdaftar di antara 10 negara teratas di dunia yang mengalami kerawanan pangan parah.
"Sebanyak 10 juta orang menderita akibat kerawanan pangan termasuk 1,5 juta orang yang menghadapi kelaparan," katanya.
Yaman menghadapi sejumlah tantangan meliputi kemerosotan sumber daya nasional, dampak perkembangan paling akhir terhadap ekonominya, kekurangan dana dan defisit anggaran, kemiskinan parah dan angka pertumbuhan penduduk yang mengkhawatirkan, sebanyak 3,5 persen per tahun, katanya.
"Angka pertumbuhan penduduk, salah satu yang tertinggi di dunia, adalah faktor kunci bagi peningkatan angka kemiskinan dan kurangnya akses ke layanan dasar dalam kondisi semacam itu," ia menjelaskan.
Menurut beberapa studi yang disiapkan oleh lembaga lokal dan luar negeri, kerawanan pangan dan kemiskinan menempati posisi teratas dalam tantangan ekonomi dan menjadi prioritas di negeri tersebut pada saat ini.
Keluarga al-Malhani tinggal di apartemen dua-kamar di Kabupaten Shamlan, sebelah barat-laut Sana'a, dengan peralatan hanya satu televisi dan dua kasur buat orang tua dan lima anak mereka, termasuk satu bayi perempuan.
Mereka menyewa apartemen tersebut dengan harga 10.000 riyal Yaman (47 dolar) per bulan. Keluarga itu termasuk di antara ratusan ribu rumah tangga paling miskin di negeri tersebut, yang belum menerima bantuan keamanan sosial untuk waktu cukup lama.
Mansour al-Fayadhi, Direktur Pelaksana Dana Kesejahteraan Sosial, mengatakan ratusan ribu keluarga paling miskin telah kehilangan bantuan keamanan sosial mereka, sebagian selama empat bulan dan yang lain sudah lebih dari setahun. "Kekurangan dana! Itu lah penyebabnya," kata al-Fayadhi sebagaimana dikutip Reuters.
Selain itu, salah satu masalah yang mempengaruhi orang paling miskin di negeri tersebut adalah bantuan luar negeri buat Yaman tak dibagikan sesuai dengan mekanisme yang layak, al-Fayadhi menambahkan.
PBB telah memperingatkan sebanyak 45 persen warga, 10 juta orang, menderita kerawanan pangan dan kekurangan gizi mempengaruhi sebanyak satu juta anak yang berusia di bawah lima tahun di Yaman.
Program transnasional bagi pembangunan dan kestabilan 2012-2014, yang disiapkan oleh pemerintah Yaman melalui kerja sama dengan lembaga dan negara donor utama, menyatakan ekonomi Yaman diperkirakan takkan tumbuh tahun ini.
Marzouk Mohsen, Direktur Pusat Penelitian Pembangunan Sosial dan Ekonomi Yaman, mengatakan Yaman telah terdaftar di antara 10 negara teratas di dunia yang mengalami kerawanan pangan parah.
"Sebanyak 10 juta orang menderita akibat kerawanan pangan termasuk 1,5 juta orang yang menghadapi kelaparan," katanya.
Yaman menghadapi sejumlah tantangan meliputi kemerosotan sumber daya nasional, dampak perkembangan paling akhir terhadap ekonominya, kekurangan dana dan defisit anggaran, kemiskinan parah dan angka pertumbuhan penduduk yang mengkhawatirkan, sebanyak 3,5 persen per tahun, katanya.
"Angka pertumbuhan penduduk, salah satu yang tertinggi di dunia, adalah faktor kunci bagi peningkatan angka kemiskinan dan kurangnya akses ke layanan dasar dalam kondisi semacam itu," ia menjelaskan.
Menurut beberapa studi yang disiapkan oleh lembaga lokal dan luar negeri, kerawanan pangan dan kemiskinan menempati posisi teratas dalam tantangan ekonomi dan menjadi prioritas di negeri tersebut pada saat ini.
Ini berbeda jauh dengan apa yang terjadi di
Abyan, yang mana mujahidin Ansharusy syari’ah berkuasa di sana, keamanan,
ketersediaan pangan, kesejahteraan dirasakan betul oleh masyarakat. Dalam
sebuah video youtube, video yang berjudul “kesaksian lain dari warga yaman atas
keadilan syari’at islam yang di tegakkan mujahidinanshar al - sharia” dengan
durasi waktu 8 menit 27 detik video itu memperlihatkan keadilan hukum syariah
islam, dan manfaatnya bisa langsung dinikmati oleh masyarakat umum, dan itu
terbukti dengan beberapa orang yang diwawancarai. Bukan dengan demokrasi atau
hukum buatan manusia yang lainnya, yang ada pasti membawa kesengsaraan,
kemelaratan bagi masyarakat.so, tunggu apa lagi ??
Tidak ada komentar:
Posting Komentar