JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri
Komunikasi dan Informasi Tifatul Sembiring mengimbau pengguna internet di
Indonesia tidak perlu panik terhadap isu kiamat internet pada 9 Juli 2012 yang
diakibatkan oleh malware DNS Changer. Namun, ia meminta pengguna
internet tetap waspada dan mengecek peralatan komputer dan jaringan internet
yang digunakan.
"Saya katakan itu adalah isu, dalam artian
tidak benar akan terjadi kemacetan masif jaringan internet di Indonesia, besok
9 Juli 2012," ujar Tifatul dalam keterangan pers, Minggu (8/7/2012),
malam.
Tifatul membenarkan bahwa sekitar 4 tahun lalu pernah terjadi serangan bertubi-tubi dari virus Trojan asal Estonia tersebut. Hal itu mengundang perhatian Biro Investigasi Amerika Serikat (FBI) yang segera menyelidiki kejadian tersebut dan menciptakan antivirus baru. Menurut FBI, jumlah komputer yang mungkin terinfeksi DNS Changer saat ini ada 277.000 di seluruh dunia. Jumlah ini sudah turun jika dibandingkan bulan April lalu, yang mencapai 360.000 komputer. FBI meyakini, ada sekitar 64.000 komputer asal Amerika yang masih terinfeksi DNS Changer.
"FBI pernah merilis 25 negara yang berisiko tinggi terjangkit Trojan. Namun, Indonesia tidak termasuk dalam daftar tersebut. Kebanyakan berjangkit di negara-negara Eropa dan Amerika," kata Tifatul.
Tifatul membenarkan bahwa sekitar 4 tahun lalu pernah terjadi serangan bertubi-tubi dari virus Trojan asal Estonia tersebut. Hal itu mengundang perhatian Biro Investigasi Amerika Serikat (FBI) yang segera menyelidiki kejadian tersebut dan menciptakan antivirus baru. Menurut FBI, jumlah komputer yang mungkin terinfeksi DNS Changer saat ini ada 277.000 di seluruh dunia. Jumlah ini sudah turun jika dibandingkan bulan April lalu, yang mencapai 360.000 komputer. FBI meyakini, ada sekitar 64.000 komputer asal Amerika yang masih terinfeksi DNS Changer.
"FBI pernah merilis 25 negara yang berisiko tinggi terjangkit Trojan. Namun, Indonesia tidak termasuk dalam daftar tersebut. Kebanyakan berjangkit di negara-negara Eropa dan Amerika," kata Tifatul.
Tifatul menambahkan, peneliti virus pernah
meriset keberadaan virus tersebut di Indonesia dan hasilnya tidak ditemukan
adanya perkembangan virus tersebut. "Tidak usah panik, namun harus tetap
waspada. Scan dan bersihkan komputer masing-masing, jangan sembarang
membuka kiriman link dari orang-orang tidak dikenal," kata
Tifatul.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar