Sabtu, 28 Juli 2012

Tiang Tempat Teuku Chik Di Tunong Ditembak Mati Belanda, Terancam Hilang



LHOKSEUMAWE - Suami pahlawan nasional Cut Mutia, Teuku Chik Di Tunong yang turut berperang melawan Belanda, ditangkap hingga akhirnya dihukum tembak dengan cara diikat pada tiang di dekat pantai Lhokseumawe pada 25 Maret 1905 silam. Masih adakah tiang yang menjadi saksi bisu eksekusi mati oleh pasukan Marsose terhadap Teuku Chik Di Tunong itu?

Hasil penelusuran The Atjeh Post, Sabtu, 28 Juli 2012, diketahui lokasi eksekusi mati yang dilakukan serdadu Belanda terhadap Teuku Chik Di Tunong (Teuku Cut Muhammad) dan rekannya Teuku Chik Di Buah (Teuku Mohd Daud) berada di Kampung Jawa Lama, Banda Sakti, Lhokseumawe.

Di lokasi yang berjarak sekitar 50-70 meter dengan pantai itu, ada satu tiang besi sebesar betis orang dewasa. Tetapi tiang besi itu hanya tersisa setinggi lutut anak usia sekolah dasar. Pangkal tiang besi tersebut tertancap persis di sebuah lorong di tengah pemukiman penduduk yang amat padat.

“Tiang ini sudah lama dipotong, tidak jelas siapa yang memotongnya. Saat saya masih bocah, tiang ini sudah sependek ini. Padahal menurut ibu saya, dulu tiang ini tingginya lebih 2 meter dan berbentuk seperti tiang gantungan,” kata T.M. Rizal, 40 tahun, warga Kampung Jawa Lama.

Sesuai cerita yang diperoleh T.M.Rizal semasa orangtuanya masih hidup, pada tiang besi itulah Teuku Chik Di Tunong dan Teuku Di Buah diikat dan ditembak mati oleh penjajah Belanda.

“Pahlawan bangsa itu ditembak dari jarak sekitar 50 meter. Itu ada beton yang kabarnya tempat pasukan Belanda berdiri saat menembak Teuku Chik Di Tunong,” kata T.M. Rizal yang rumahnya berada di dekat tiang besi itu.

T.M.Rizal menyayangkan ketidakpedulian pemerintah terhadap situs sejarah perjuangan kemerdekaan. “Mestinya dari dulu tiang besi ini (tempat Teuku Chik Di Tunong dieksekusi mati) dipugar dan dibuat semacam tugu agar bukti sejarah tidak lenyap begitu saja,” katanya.

“Kalau pemerintah sekarang juga bersikap mengabaikan, kita khawatirkan nanti tiang besi yang tinggal pangkalnya ini akan hilang total. Bisa saja karena tertimbun material peningkatan badan jalan atau dipotong habis oleh orang-orang yang tidak tahu tentang sejarah,” kata T.M. Rizal lagi.

Harapan agar pemerintah menyelamatkan situs sejarah itu juga disampaikan sejumlah warga lainnya yang menetap di sekitar tiang besi tersebut.

“Kalau tidak dipugar, nanti saat anak-anak kami dewasa, dia nggak tahu bahwa sebelum negara ini merdeka di sinilah pahlawan Teuku Chik Di Tunong dihukum mati oleh Belanda,” kata seorang perempuan yang rumahnya berjarak beberapa meter dari lokasi itu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar