Ilustrasi Didong |
JAKARTA - Sebanyak 30 orang seniman muda menggelar pentas seni di dalam
bus Transjakarta jurusan PGC-Grogol. Mereka membawakan seni pertunjukan
Didong dari Aceh, dalam karya bertajuk “Jakarta Dalam Puisi Didong asal
Gayo Aceh di dalam Bus Transjakarta”.
Penggagas pentas seni Didong di dalam Bus Transjakarta, Fikar W Eda, mengatakan, kegiatan ini bertujuan merespons kehidupan kota Jakarta yang penuh dengan problematika.”Para seniman Didong ini berasal dari grup Singkite Ciputat dan Grup Bintang Duta Cibubur. Pertunjukan yang ditampilkan adalah syair/puisi Didong,” kata Fikar kepada wartawan di Halte PGC Cililitan, Minggu (3/6).
Pertunjukan seni ini dilakukan oleh kaum urban dari Gayo dalam merespon kehidupan sosial di Jakarta. Isi pertunjukan nantinya berupa kritisi terhadap masalah-masalah sosial di Jakarta. (Banjir, macet, korupsi dll) melalui kesenian.
Menurut Fikar, Didong adalah sastra tutur dari Gayo, Aceh. Di tanah asalnya, keseniah Didong dipertunjukkan satu malam suntuk yang dilakukan oleh dua grup Didong, masing-masing grup terdiri dari 20 hingga 25 pria dewasa.
Saat ditanya kenapa Pilih Bus Tranjakarta, Fikar menjawab karena Transjakarta merupakan Moda Transportasi Masyarakat Jakarta. Selain itu, ini dilakukan untuk memenuhi tugas akhirnya di Pascasarjana IKJ. “Kami orang Aceh, sudah sejak lahir bermain seperti ini,” kata pria yang juga wartawan Serambi Indonesia Biro Jakarta ini.
Dalam membawakan pertunjukan Didong itu, ke-30 seniman IKJ dibagi menjadi dua grup. Grup pertama bernama Grup Urbanis Cibubur, dan grup kedua bernama Grup Urbanis Ciputat. Selama perjalanan dari Halte PGC hingga Grogol, mereka saling berlempar syair diiringi alunan gitar dan kendang.
Di tempat yang sama Koreografer IKJ Sarjono W Kusumo menjawab mengapa pertunjukan dilakukan di dalam bus Trans Jakarta. Ia menjawab bus Transjakarta merupakan simbol metafora sebuah perjalanan urbanisasi dari desa ke kota, bus Transjakarta juga menjadi simbol perjalanan budaya, usaha mencari kehidupan yang baru. “Acara ini bukan hanya pertunjukan juga kolaborasi dengan kameramen juga seni video,” kata Sarjono kepada wartawan.
Pertunjukan ini merupakan ekspresi seni dan hiburan bagi masyarakat Jakarta khususnya pengguna Transjakarta dari Fikar W Eda yang merupakan mahasiswa Program Pasca Sarjana di Institut Kesenian Jakarta.(tribunnews.com)
Penggagas pentas seni Didong di dalam Bus Transjakarta, Fikar W Eda, mengatakan, kegiatan ini bertujuan merespons kehidupan kota Jakarta yang penuh dengan problematika.”Para seniman Didong ini berasal dari grup Singkite Ciputat dan Grup Bintang Duta Cibubur. Pertunjukan yang ditampilkan adalah syair/puisi Didong,” kata Fikar kepada wartawan di Halte PGC Cililitan, Minggu (3/6).
Pertunjukan seni ini dilakukan oleh kaum urban dari Gayo dalam merespon kehidupan sosial di Jakarta. Isi pertunjukan nantinya berupa kritisi terhadap masalah-masalah sosial di Jakarta. (Banjir, macet, korupsi dll) melalui kesenian.
Menurut Fikar, Didong adalah sastra tutur dari Gayo, Aceh. Di tanah asalnya, keseniah Didong dipertunjukkan satu malam suntuk yang dilakukan oleh dua grup Didong, masing-masing grup terdiri dari 20 hingga 25 pria dewasa.
Saat ditanya kenapa Pilih Bus Tranjakarta, Fikar menjawab karena Transjakarta merupakan Moda Transportasi Masyarakat Jakarta. Selain itu, ini dilakukan untuk memenuhi tugas akhirnya di Pascasarjana IKJ. “Kami orang Aceh, sudah sejak lahir bermain seperti ini,” kata pria yang juga wartawan Serambi Indonesia Biro Jakarta ini.
Dalam membawakan pertunjukan Didong itu, ke-30 seniman IKJ dibagi menjadi dua grup. Grup pertama bernama Grup Urbanis Cibubur, dan grup kedua bernama Grup Urbanis Ciputat. Selama perjalanan dari Halte PGC hingga Grogol, mereka saling berlempar syair diiringi alunan gitar dan kendang.
Di tempat yang sama Koreografer IKJ Sarjono W Kusumo menjawab mengapa pertunjukan dilakukan di dalam bus Trans Jakarta. Ia menjawab bus Transjakarta merupakan simbol metafora sebuah perjalanan urbanisasi dari desa ke kota, bus Transjakarta juga menjadi simbol perjalanan budaya, usaha mencari kehidupan yang baru. “Acara ini bukan hanya pertunjukan juga kolaborasi dengan kameramen juga seni video,” kata Sarjono kepada wartawan.
Pertunjukan ini merupakan ekspresi seni dan hiburan bagi masyarakat Jakarta khususnya pengguna Transjakarta dari Fikar W Eda yang merupakan mahasiswa Program Pasca Sarjana di Institut Kesenian Jakarta.(tribunnews.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar