picture by google
Dikisahkan pada suatu hari ketika RasulullahSAW hendak pulang dari suatu tempat,
terlihatlah seekor kucing sedang tidur
dengan anak-anaknya di atas jubah yang
hendak dipakai beliau. Beliau
memperhatikan mahluk Allah yang sedang
terkulai di atas jubahnya, dan rupanya
mereka tengah tertidur pulas. Alih alih
membangunkan mereka, beliau memilih
memotong sebagian jubah hingga tidur
kucing-kucing tersebut tidak terganggu. Tidur
lelap adalah salah satu nikmat yang
diberikan Allah SWT dan beliau rupanya
merasa tidak layak mengganggu mahluk
Allah yang sedang merasakan nikmat tidur
tersebut. Adakah perilaku lemah lembut ini kita amalkan dalam kehidupan kita
sehari- hari ? Adakah kasih sayang kita pada para hewan yang juga
menghuni planet ini ?
Umat Islam tentu tahu , Rasulullah SAW bukanlah Nabi yang
bergelimang harta dan kemewahan, bisa jadi jubah tersebut hanya satu –
satunya yang beliau miliki, namun pengorbanan demikian tidaklah tera sa
berat olehnya. Maka jika ahlak Rasulullah SAW terhadap hewan seperti
kucing saja sedemikian tingginya, bayangkanlah ahlak beliau terhadap
manusia dan penciptanya. Hal ini dinyatakan dalam Al Qur’ an dan terekam
abadi sepanjang zaman ,
" Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang -orang yang mengharap rahmat Allah
..." (QS. Al Ahzab [33] : 21)
Namun kadangkala kita yang mengaku umatnya sering berbuat semena –
mena terhadap hewan, ada yang kita adu – adu, kita siksa seenaknya, kita
buru dan sakiti hanya untuk kesenangan. Burung – burung yang terbang kita
ketapel atau dihujani peluru senapan angin , ayam jago kita adu – adu sampai
meregang nyawanya.. ba hkan kucing yang mengeong meminta sisa makanan
kita tendang begitu saja. Padahal hampir semua kaum muslimin pernah
mendengar riwayat tentang orang yang diampuni Allah SWT karena
menolong anjing yang kehausan
picture by google
Banyak di beberapa Negara yang memiliki industri bulu binatang seperti Cina
, si binatang ( seperti rubah ) dikuliti hidup – hidup untuk mempersingkat waktu
dan mempermurah biaya, tanpa peduli sakit dan derita yang dialami si hewan
yang bersangkutan. Metode menghabisi binatang – binatang malang yang
diambil bulu dan kulitnya
untuk pakaian para selebriti
inipun mengenaskan, mereka
dibunuh dengan racun karbon
monoksida, dibiarkan tanpa
oksigen, dieksekusi lewat
listrik atau dipatahkan
lehernya dengan cara dipijak.
Rupanya masih ada beberapa
manusia yang tega melihat
mahluk lain tersiksa demi
sekedar keuntungan materi
dan kita bermohon kepada
Allah SWT agar dihindarkan
dari sifat barbar sedemikian
rupa.
Tidak dipungkiri banyak juga binatang yang mengancam kesehatan bahkan
jiwa manusia, seperti kalajengking, ular dan lain sebagainya dan binatang
jenis ini diperbolehkan bagi kita membunuhnya.
picture by google
Mari kita beranjak ke sebuah riwayat lain, suatu ketika seorang sahabat
hendak menyembelih unta dan ia merebahkan untanya dahulu baru
mengasah pisaunya, Rasulullah SAW yang melihat kejadian tersebut
langsung menegur “ Kau membunuh hewan itu dua kali , seharusnya asah
dahulu pisaumu baru rebahkan dan sembelihlah unta itu “ .Rupanya
Rasulullah SAW tidak rela si unta berlama – lama dan menderita saat menanti
ajalnya. Ucapan ini keluar ribuan tahun silam dan di masa kini, zaman yang
kita klaim modern sikap itu didukung dengan sebuah penelitian ilmiah yang
mendeteksi bahwa jika binatang teraniaya, ketakutan atau merasa diteror
maka ia akan mengeluarkan mekanisme pertahanan dalam tubuhnya dan
akan mengeluarkan zat berpengaruh tidak baik pada dagingnya. Dengan
kata lain, daging binatang yang disembelih dengan cara yang zalim /
menyiksa dagingnya tidaklah sehat untuk dikonsumsi. Mekanisme pertahanan
binatang tersebut ditelti juga berlaku saat si hewan menyaksikan
sesamanyanya dianiaya.
Binatang / hewan ternak yang halal dikonsumsi memang tidak lain tidak bukan
diciptakan Allah SWT untuk keperluan manusia , namun sungguh tidak berarti
kita bebas berlaku sewenang – wenang terhadap mereka. Tidak sekedar
menyembelih dengan membaca Bismillah , namun tata cara menyembelihpun
tidak diabaikan oleh agama yang sejatinya merupakan rahmat untuk seisi
dunia.
Lebih jauh lagi, Rasulullah SAW pernah
menegur saat mendapati beberapa
sahabatnya asyik berbincang – bincang
di atas punggung unta. Beliau
menjelaskan selayaknya unta
ditunggangi saat bepergian atau
diperlukan saja. Beliau menambahkan
bahwa belum tentu yang menaiki si unta
lebih ingat kepada Allah SWT
ketimbang yang dinaiki.. Dari riwayat ini
kita mendapat gambaran bahwa sesungguhnya Islam mengajarkan kita
berhati – hati dalam bersikap pada hewan.
Jauh sebelum muncul organisasi pencinta hewan yang menyerukan hak – hak
untuk binatang, jauh sebelum ada suaka margasatwa, perlindungan atau
penangkaran hewan langka. Umat Isl am telah diberi panduan bagaimana
memperlakukan hewan dengan semestinya. Memberdayakan mereka sesuai
fitrahnya dan tidak mengeksploitasi mereka kelewat batas.
Dewasa ini, kebutuhan manusia akan daging hewan untuk dikonsumsi kian
hari kian meningkat dan mengilhami para ahli di negara – negara modern
melakukan rekayasa genetika, menyuntikkan hormon tertentu atau memberi
pakan yang tidak alami hingga si hewan cepat tumbuh besar padahal upaya
tersebut akan menghasilkan zat yang tetap bersemayam dan tidak lan tas
sirna saat si daging dimasak. Anda dapat menyaksikan penjelasan lebih
detail dan ilmiah mengenai ini pada sebuah film dokumenter keluaran tahun
2009 yang berjudul Food Inc. Ini adalah salah satu contoh bagaimana kita
telah memberdayakan mereka di luar fitrah. Rasulullah SAW dan para
sahabat kita ketahui tidaklah mengkonsumsi daging setiap harinya, dan kita
tahu berdasar riwayat kendati dengan pola makan sederhana, raga mereka
prima adanya , shalat dan puasa mereka di atas rata - rata dan laga mereka di
medan perang tiada bandingan nya. Pola mengkonsumsi daging yang
berlebihan ternyata terbukti tidaklah membentuk fisik manusia menjadi sehat
wal afiat namun malahan penyakit bertubi tubi yang didapat.
Kita memang tidak diwajibkan menjadi vegeta rian namun tidak salahlah Imam
Ali Bin Abi Thalib RA pernah mengingatkan kita dengan kata – katanya yang
termasyhur
“ Janganlah perut kalian dijadikan kuburan binatang ”
Dalam sebuah kitab Imam Al -Ghazali menceritakan suatu ketika tatkala Nabi
Daud AS sedang duduk membaca kitab az -Zabur, dengan tiba-tiba
terpandanglah olehnya seekor ulat merah. Lalu Nabi Daud AS. berkata pada
dirinya, "Apa yang dikehendaki Allah dengan ulat ini?"
Ternyata usai ucapan itu terlontar , Allah SWT pun mengizinkan ulat merah it u
berkata-kata. "Wahai Nabi Allah! Allah SWT telah mengilhamkan kepadaku
untuk membaca 'Subhanallahu walhamdulillahi wala ilaha illallahu wallahu
akbar' setiap hari sebanyak 1000 kali dan pada malamnya Allah
mengilhamkan kepadaku supaya membaca 'Allahumma solli ala
Muhammadin annabiyyil ummiyyi wa ala alihi wa sohbihi wa sallim' setiap
malam sebanyak 1000 kali. “
Setelah ulat merah itu berkata demikian, maka dia pun bertanya kepada Nabi
Daud AS. "Apakah yang dapat kamu katakan kepadaku agar aku mendapat
faedah darimu?". Segera Nabi Daud AS menyadari akan kekhilafannya
karena memandang remeh ulat tersebut, beliau pun bertaubat dan berserah
diri kepada Allah S.W.T.
Subhanallah ..
Bangsa binatang telah menghuni bumi ini lebih lama dari kita, manusia…dan
bukankah mereka juga bertasbih memuji Allah dengan cara mereka sendiri ?
Lebih banyakkah kita memuji Allah daripada mereka ?
“ Tidakkah kamu tahu bahwasanya Allah: kepada -Nya bertasbih
apa yang ada di langit dan di bumi dan (juga) burung dengan
mengembangkan sayapnya. Masing-masing telah mengetahui
(cara) sembahyang dan tasbihnya, dan Allah Maha Mengetahui
apa yang mereka kerjakan. (Surat An -Nur: 41) “
by : Majalah Ababil Edisi 1 Maret 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar